Memang benar Ujian akhir semester atau biasa disebut UAS, tapi menurut saya dan sebagian orang ini hari terakhir UAS merupakan hari terakhir liburan kami. Terang saja, hanya disaat UAS ini kami merasakan bebas dari tugas, kuliah dan tekanan. Sedangkan dihari normal kami ditekan dengan penelitian, riset, tugas, organisasi sementara disisi yang lain tidak boleh meninggalkan kuliah.Tanpa disadari belajar untuk UAS adalah belajar untuk mengetahui, bukan untuk mengerti. Tentu saja dengan begitu ilmu yang kita dapatkan juga akan sekedarnya, dan nantinya ilmu tersebut hanya akan menjadi kenangan belaka.
Saya jadi teringat dengan beberapa matapelajaran yang dulu mati-matian saya pelajari, contoh saja IPS untuk anak SD. Toh sampai sekarang saya tidak mengerti apa itu pembagian wilayah tingkat 1, tingkat 2 dan seterusnya, saya juga tidak ingat lagi kerajaan-kerajaan yang dulu mati-matian saya hafalkan. Saya juga sudah lupa peta buta yang saya hafalkan dulu. MASALAH? yah inilah efek dari belajar hanya untuk tuntutan. Okelah nilai bisa saja tinggi, tapi apakah nilai yang dulu saya kejar berpengaruh pada hidupku sekarang? tentu saja jawabannya TIDAK!!!.
Belajar untuk UAS? menurutku apalah artinya belajar jika belajar itu hanya untuk sebuah formalitas, apalah artinya belajar jika belajar itu hanya untuk mengejar nilai ujian yang pada akhirnya hanya merujuk pada nilai akhir. Tidak ada artinya kita belajar, menghafal, berlatih dengan keras jika pada akhirnya hanya digunakan untuk sebuah ujian, setelah itu ilmunya hanya menjadi kenangan. Itu kenapa saya tidak begitu terbebani dengan ujian akhir ini, toh cma untuk sebuah nilai. Toh nilai itu hanya untuk sekedar mengetuk pintu pekerjaan, setelah masuk kerja nilai sudah bukan jaminan. Sama halnya dengan kita sekolah, tidak perduli nilai SD mu tinggi atau rendah, SMP sudah beda lagi ceritanya. Hanya saja tanpa adanya nilai SD akan sulit bagi kita untuk mendapatkan sekolah favorit.
